Belajarlah untuk tidak merasa
paling benar untuk hal-hal yang sesungguhnya menjadi hak prerogatif Tuhan.
Tentu beribadah dan meyakini
kebenaran adalah hal yang utama.
Tapi menjadi keliru tatkala sikap
tersebut dihinggapi takabur dengan menghakimi pihak lain, apakah ia bahagia
atau celaka di akhirat kelak.
Sebuah kata bijak menyebutkan,
“Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah
yang disertai rasa ujub.”
Tentang etika dakwah, Islam pun
mengajarkan bahwa tugas seorang mubaligh sebatas menyampaikan, bukan
mengislamkan apalagi menjanjikan kenikmatan surgawi.
Vonis terhadap orang ini-itu
sebagai golongan kafir atau bukan,
masuk neraka atau surga, sangat
tidak dianjurkan karena melangkahi Rabb, penguasa seluruh ciptaan.
Islam menekankan umatnya muhasabah
atau koreksi diri sendiri daripada mencari kesalahan pribadi orang lain yang
belum tentu lebih buruk di hadapan Tuhan.