REVIEW FILM! Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017)

“There was never an angry man that thought his anger unjust”

Three Billboards Outside Ebbing, Missouri

Three Billboards Outside Ebbing, Missouri adalah film yang semua karakternya harus menanggung kecewa. Mampu menyajikan sebuah tontonan drama komedi yang luar biasa untuk mengusik hati dan pikiran penonton.


Three Billboards Outside Ebbing, Missouri mengisahkan tentang seorang wanita bernama Mildred Hayes (Francis McDormand), yang hidupnya berubah menjadi penuh kesedihan setelah putrinya ditemukan tewas dalam kondisi yang sangat mengenaskan, di mana gadis malang tersebut diperkosa saat sekarat dan kemudian tubuhnya dibakar hingga hangus.


Delapan bulan telah berlalu sejak tragedi tersebut dan masih belum ada tanda-tanda kasusnya menemui titik terang. Merasa tidak puas dengan kinerja kepala polisi Kota Ebbing; Bill Willoughby (Woody Harrelson) yang Mildred anggap tidak becus dalam melakukan penyelidikan, sang ibu yang berduka tersebut kemudian menyewa tiga papan reklame yang ia isi dengan kata-kata celaan kepada sang Kapol, sebagai tanda protesnya terhadap kepolisian Ebbing yang menangani kasus putrinya dengan setengah hati.

Selain menghadapi protes dan amarah dari petugas-petugas polisi di kota Ebbing, Mildred juga harus menghadapi celaan dari masyarakat kota kecil di negara bagian Missouri tersebut yang cenderung memihak pada Willoughby. Tanpa Mildred sadari, tiga papan reklame yang ia pasang di pinggiran kota tersebut akan memicu rentetan tragedi yang tidak hanya akan mengubah hidupnya, namun juga hidup orang-orang di sekitarnya, baik yang ia sayangi maupun benci.

Mengapa saya bilang semua karakternya harus menanggung kecewa?

Film ini menceritakan seorang ibu yang kecewa terhadap aparat kepolisian yang tidak becus menemukan pemerkosa dan pembunuh putrinya. Belum lagi, seorang kepala polisi yang kecewa lantaran disalahkan dan dianggap tidak berguna, terlebih dia harus menerima kenyataan bahwa sebentar lagi dia akan mati karena penyakit kanker dan meninggalkan anak serta istrinya.
Lalu, seorang istri dari seorang polisi harus menerima kenyataan bahwa suaminya pergi dengan cara bunuh diri. Ada lagi, seorang anggota polisi yang kecewa lantaran ditinggal oleh atasannya dengan cara yang menyedihkan.

Tidak banyak percakapan pada film ini, namun ekspresi para pemain sanggup menampilkan segala yang dirasakan; kecewa, sedih, marah, dan juga harapan.




Sebagai penonton, perasaan saya malah nyesek setelah menontonnya.

















0 komentar:

Post a Comment