Titip Rindu Untuk Eyang Habibie

Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie


Rabu, 11 September 2019. Tepatnya setelah magrib sesampainya aku di rumah selepas pulang kerja.
Adik ku nyeletuk. Yu, pak Habibie kan meninggal.
Aaah hoax kali de, ucapku..
karena beberapa minggu sebelum mendapati kabar bahwa Bpk Habibie benar berpulang ke pangkuan Tuhan, memang santer terdengar berita hoax bahwa Bpk Habibie meninggal, padahal pada saat itu Bpk masih dalam perawatan di Rumah Sakit.

Lalu aku melihat media sosial dan melihat postingan Bapak Jokowi bahwa benar Pak Habibie meninggal, barulah aku tertegun diam.
Entah apa yang harus aku ucapkan, hanya doa yang bisa ku panjatkan.

Pernah beberapa waktu semasa pak Habibie masih sehat, aku bilang ke wisnu. Wis seberapa besarpun aku mengidolakan Bpk Soekarno, aku ga bisa bayangin kalau suatu saat Bpk Habibie meninggal. Aku bisa nangis.

Ya. tepat kemarin, Rabu 11 September 2019. Empat hari sebelum hari ulang tahunku, tersiar kabar bahwa Bapak Habibie meninggal dunia. Aku memang ga punya kedekatan apapun dengan beliau, tapi perjuangan beliau dalam memimpin negeri ini ngebuat aku mencintai sosok beliau dengan kemampuannya dalam IPTEK dan kesalihannya dalam IMTAQ.

Beberapa tahun lalu dalam acara yang dipandu oleh Najwa Shihab, Pak Habibie pernah menyampaikan kalimat ini saat ditanya apakah sekarang ia takut mati, beliau menjawab:

"Sekarang tidak, karena kalau misalnya saya mati, saya tidak takut. Karena kalau andai kata saya sampai waktunya dipanggil masuk ke dalam dimensi dalam keadaan Ainun, ya saya tahu yang akan menemui saya pertama bukan ibu saya saja dan keluarga, tapi Ainun sudah 'hei, kamu sekarang di sini yaa?',"

Kalimat itu sama seperti apa yang aku pikirkan ketika aku kehilangan bapak untuk selama-lamanya. Setiap kali ditanya orang lain apakah aku takut mati. Aku jawab jika suatu saat memang aku meninggal dunia aku sudah siap dengan bekal iman yang sudah aku siapkan karena aku ingin sekali bertemu dengan bapak lagi. Aku selalu berpikir, bagaimana seseorang bisa bertemu dengan orang yang sudah meninggal kecuali dalam mimpi? Ya satu-satunya dengan menunggu giliran untuk menemui orang tersebut, Namun aku masih ingin membahagiakan orang-orang yang sampai hari ini masih menemani ku, baik itu keluarga juga teman dekat,


Melihat Pak Habibie dalam karier politik, Pak Habibie dalam memimpin negeri ini pun beliau sangat tenang namun berpikir sangat bijak.
Beliau dikenal pula sebagai bapak reformasi, dimana pada saat beliau menggantikan Pak Soeharto sebagai Presiden RI, beliau memberikan kebebasan dalam membuat partai politik ditambah keterbukaan Pers pada saat itu sudah diperbolehkan.
Aku inget betul dimana ia pernah bilang

“Bukankah keputusan yang hanya didasarkan hanya pada pertimbangan seorang presiden saja merupakan kebijaksanaan yang otoriter dan tidak demokratis? Semuanya ini berlawanan dan tidak sesuai dengan perilaku dan sifat saya sendiri, yang telah ditempa dan berkembang dalam lingkungan intelektual, bebas, dan demokratis,” ucap beliau.

Beliau yang memang lama tinggal dan menempuh kehidupannya di Jerman, dimana iklim demokratis di Jerman membuka peluang Bpk Habibie untuk mengembangkan diri. Setelah dua tahun di Jerman, diusia 21 tahun, ia telah dipercaya sebagai ketua PPI Achen. Di usia 25 tahun, ia telah memimpin tim di perusahaan Talbot, mengatasi direktur dan kepala yang usianya dua kali lipat lebih usia Pak Habibie. Dalam iklim demokratis, rasionalitas diutamakan. Seseorang dinilai berdasarkan kapasitasnya, bukan usia. Iklim ini pulalah yang beliau upayakan tercipta semasa pemerintahannya sebagai presiden RI ketiga.

Kini beliau sudah bertemu dengan istri tercintanya Ibu Ainun, di Surga. Semoga Eyang selalu berada di sisi terbaik Tuhan, sampaikan pula salam rindu untuk Bapak ku.
Izinkan aku, kami dan anak cucu kami kelak untuk meneruskan cita-citamu di negeri ini, Eyang💗

Damai di Surga. Amin.

0 komentar:

Post a Comment